Friday, February 15, 2019

Pengertian Bimbingan Konseling




BAB I
Pendahuluan

I.1 Latar Belakang.
Orang yang awam masih mempunyai anggapan bahwa Bimbingan Konseling identitik dengan Polisi Sekolah atau mengurusi anak nakal saja. Padahal sebenarnya bimbingan konseling adalah sahabat siswa, pembela siswa. Anggapan ini yang kemudian muncul di benak para orang tua, terutama orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidik (guru) bahwa profesi bimbingan konseling adalah profesi yang tidak mempunyai masa depan. Semakin tidak popular profesi bimbingan dan konseling dimata masyarakat disebabkan citra buruk terhadap profesi bimbingan konseling.
Ketidakpopuleran ini juga muncul disebabkan banyak orang yang masih menyamakan antara sekolah/lembaga pendidikan dengan mengajar. Memang benar bahwa profesi mengajar ialah profesi guru. Namun, yang tidak banyak diketahui masyarakat bahwa konsep pendidikan bukan saja tentang mengajar namun membangun karakter (character building). Selain itu komponen di dunia pendidikan (profesi-profesi didunia pendidikan) tidak hanya profesi guru saja. Profesi – profesi yang terdapat di dunia pendidikan yaitu pustakawan (lulusan ilmu perpustakaan), Laborat (lulusan sains/bahasa), administrasi pendidikan (lulusan administrasi pendidikan), teknolog pendidikan (lulusan teknologi pendidikan) psikolog pendidikan (lulusan psikologi pendidikan) dan konselor (lulusan bimbingan dan konseling).

I.2  Sejarah Munculnya Bimbingan dan Konseling.
Sejarah muculnya Bimbingan dan Konselingsebagai disiplin ilmu berkembang sejak permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 di mana merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konseling diletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di Amerika Serikat telah mula dirintis sejak tahun 1887, yaitu dengan dilaksanakannya “home econic program” di Missouri pertama kali, kemudian  dengan pengawasan obat secara teratur pertama kali, kemudian diikuti di Boston tahun 1894. Pada tahun 1902 telah mulai ada perawat yang berpraktik di New York. Sekalipun demikian, bimbingan yang secara khusus memberikan perhatian kepada anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun 1896.
Tokoh pertama bimbingan anak-anak adalah Witner yang mendirikan klinik di Universitas Pennsylvania, di Amerika Serikat. Klinik yang didirikan oleh Witner pada saat itu berusaha membantu anak-anak terbelakang yang menderita gangguan emosi.
Adapun bimbingan modern didasarkan pada landasan-landasan teroitis baru  mulai di laksanakan pada tahun 1909 oleh Wiliam Healy, yang kemudian dikenalkan sebagai pelopor gerakan bimbingan kanak-kanak.

Pada saat itu, Healy yang bekerja pada pengabdian kanak-kanak dan menaruh minat besar dalam penelitian bidang ini mendirikan dan mengelola sebuah klinik. Klinik inilah yang kemudian pertama kali dipandang sebagai klinik moderendi Amerika Serikat. Keberhasilan Healy ini kemudian mendorong perkembangan bimbingan konseling secara luas, diantaranya tumbuh dan berkembang organisasi bimbingan, baik pada tingkat negara maupun tingkat nasional. Menurut Drs. H.M Arifin, M.Ed., pada masa awal kemunculan bimbingan dan konseling, terjadi (3) tiga gerakan yang masing-masing mempunyai arah perkembangannya sendiri, yaitu sebagai berikut :
1.      Gerakan yang berusaha memanfaatkan pengukuran psikologis tentang kemampuan mental anak untuk dipergunakan sabagai dasar pengertian dalam pelaksanakan bimbingan dan konseling.
2.      Mental hygiene  (kesehatan jiwa) adalah juga termasuk salah satu gerakan yang mempengaruhi perkembangan bimbingan dan konseling. Dikarenakan sasaran bimbingan memang banyak menyangkut problem yang bersumber pada kesehatan jiwa.
3.      Vocational guidance, yaitu suatu bimbingan yang menitik beratkan bantuan kepada bimbingan dalam jabatan atau pekerjaan sekarang dan yang akan datang menurut kemampuan masing-masing.

I.3 Pengertian Bimbingan & Konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling”. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
-            Pengertian Bimbingan.
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut Sunaryo Kartadinata (1998 : 3) dalam Syamsu Yusuf (2008 : 6), mengartikan bimbingan sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”
     Rochman Natawidjaja (1987 : 37) dalam Syamsu Yusuf (2008 : 6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
     Sementara itu, Syamsu Yusuf (2009 : 38) mengatakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan (process of helping) konselor kepada individu (konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial”.
-          Pengertian Konseling.
    Menurut Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986 : 25) dalam Syamsu Yusuf (2009: 43) konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi).
ASCA (American School Counselor Association) (Syamsu Yusuf, 2009 : 44) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
       Sementara Syamsu Yusuf (2008: 9) mengatakan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II
Pembahasan

II. 1 Apa Itu Bimbingan dan Konseling.

Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed Guru Besar Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Padang bahwa konseling adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.
Dari pernyataan tersebut jelas disebutkan bahwa konseling dilakukan oleh seorang ahli (profesional) dalam yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus tentang prinsip-prinsipdan teknik-teknik khusus mengenai konseling. Sehingga tidak semua orang dapat melakukan konseling. Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling, prinsip, teknik dan landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan bimbingan dan konseling. Sebagai gambaran ada 4 (empat) aliran besar di dalam psikologi konseling (Psikoanalisis, Behaviorisme, Eksistensial-Humanistik dan Transpersonal), serta menurut zamannya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu aliran klasik, modern dan post modern. Stephen Palmer (guru Besar University of City, US) mencatat ada lebih dari 25 aliran konseling terutama aliran post modern di seluruh dunia.
Ada profesi lain yang juga berdekatan dengan profesi konselor dan sering kali tumpang tindih. Tumpang tindih yang dimaksud ialah penggunaan istilah “konseling” pada profesi ini, dan kewenangan melakukan konseling. Profesi ini yaitu profesi Psikolog dan Profesi Psikiater. Profesi Psikolog ialah seorang lulusan S1& S2 Psikologi serta telah mengikuti profesi psikolog (.Psi.). Sementara profesi Psikiater ialah lulusan S1 Pendidikan Dokter ditambah Spesialisasi kedokteran Jiwa (Sp.Kj). Perbedaannya bahwa Psikolog memiliki kewenangan melakukan psikoterapi pada klien yang mengalami gangguan kejiwaan neurosis dan psikosis serta berwenang melakukan interpretasi kepribadian (kejiwaan klien) dengan pendekatan psikologi. Profesi psikiater memiliki kewenangan melakukan psikoterapi pada pasien yang mengalami sakit jiwa dengan pendekatan medis (obat-obatan). Misalkan pada kasus pasien Skizofrenia, seorang psikiater lebih cenderung menggunakan obat-obatan (medis) seperti obat penenang untuk penyembuhan pasien sementara psikolog menggunakan pendekatan psikoterapi (psikologis) untuk penyembuhan klien tanpa Treatmen obat-obatan.
Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) juga dikenal dengan nama Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Biasanya, di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) masih dibagi ke dalam program studi Psikologi (murni) dan Bimbingan dan Konseling. Sehingga di jurusan PPB, dosen-dosen psikologinya juga adalah dosen yang mengajar di program bimbingan dan konseling. Hal ini terjadi, seperti di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

II.2  Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Masyarakat.
Hampir tidak ada orang yang tidak pernah mengalami masalah dalam hidupnya. Dengan katalain semua orang pasti mempunyai masalah, entah masalah itu kecil atau sangat rumit. Namun, ada orang yang dapat dengan baik memcahkan persoalannya sendiri, tetapi tidaksedikit pun orang yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan. Di media massa, hampir setiap hari kita jumpai orang yang bunuh diri. Bunuh diri merupakan pelarian orang yang frustasi dalam memecahkan masalahnya. Contoh lain tekanan di pekerjaan yang membuat orang menjadi stress, persaingan dunia usaha yang begitu keras, banyaknya jumlah pengangguran, perceraian keluarga, pergaulan remaja yang semakin bebas, penyalahgunaan narkoba, serta seks bebas yang semakin banyak kasusnya.
Kasus-kasus yang dialami orang-orang tersebut sangat membutuhkan seorang ahli agar dapat keluar dari permasalahannya yang rumit. Tetapi apakah hanya masalah negatif seperti itu saja yang menjadi peran seorang konselor ? Ternyata tidak, seorang konselor dapat pula memberikan konsultasi pendidikan bagi anak-anak yang hendak melanjutkan studi di SMA/perguruan tinggi atau konsultasi karier bagi pekerja yang ingin meningkatkan jenjang kariernya. Seorang konselor pun dapat memberikan jasa tes psikologis bagi seorang yang ingin mengetahui minat,bakat dan kecerdasannya baik dalam rangka pendidikan maupun karier. Konselor juga merupakan pemandu bakat yang professional, karena konselor mengarahkan bakat yang dimiliki oleh seseorang agar dapat berkembang menjadi lebih baik.
Di masyarakat, konselor berperan dalam mengentaskan persoalan pengangguran melalui pemberian bimbingan pekerjaan, menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kerja, menjadi motivator, pendidikan bagi anak jalanan, kesadaran gender, kesehatan mental serta memberikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga, parenting (pengasuhan orang tua) dan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, seorang konselor mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama fungsi sosial.

II.3 Landasan Ilmu Bimbingan dan Konseling.
Syarat utama bagi yang ingin melanjutkan studi di bimbingan dan konseling ialah menyukai psikologi dan pendidikan. Terutama jika Anda termasuk siswa yang suka mendengarkan curhat teman atau pandai memberikan solusi atas sesuatu permasalahan psikologis yang dialami teman berarti Anda sangat layak menjadi calon mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling di seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk kelompok Ilmu Sosial (IPS). Kendatipun begitu tidak sedikit siswa yang berlatar belakang IPA mengambil kuliah Bimbingan dan Konseling, sebab justru dari kelompok  IPA yang dapat dengan mudah mengikuti kuliah Bimbingan di Konseling.
Kok begitu? Yups, di Bimbingan Konseling, terdapat mata kuliah yang juga bernuansa IPA seperti psikologi perkembangan yang membahas tentang perkembangan individu secara fisiologis, kesehatan mental, dan statistika. Selain itu, siswa yang berasal dari kelompok IPA mempunyai logika matematis yang bagus, yang sangat berguna terutama dalam membantu proses konseling (mencari solusi atas permasalahan klien),  atau membuat aplikasi-aplikasi bimbingan dan konseling yang menggunakan dasar teknologi informasi. Meskipun kadangkala kurang memiliki kepekaan sosial dan komunikasi sosial yang baik, seperti siswa kelompok IPS terutama berkaitan dengan kebudayaan atau hubungan sosial.

II.4  Lalu Apa Saja yang Dipelajari di Jurusan Bimbingan Konseling ?
Secara umum, perguruan tinggi bimbingan konseling di Indonesia pasti mempelajari: ilmu Pendidikan, Psikologi, Teori dan Teknik Konseling, serta Teknik Pemahaman Individu. Ilmu pendidikan dipelajari sebagai landasan dalam bimbingan konseling yang memang memfokuskan diri dalam dunia pendidikan. Pada umumnya mata kuliah pendidikan diajarkan pada Tahun 1 (pertama). Mata kuliah yang termasuk kedalam ilmu pendidikan adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila/Kewarganegaraan, Sosiologi Antropologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Perkembangan Peserta Didik, Ilmu Alamiah Dasar, Pendidikan Jasmani, Belajar Pembelajaran, Teknologi Pendidikan, pengembangan Sistem Pembelajaran, Landasan/ Dasar - Dasar Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Profesi Kependidikan dan Pendidikan Inklusi.
Ilmu psikologi merupakan induk dari ilmu konseling, sehingga tidak mungkin memisahkan konseling dengan psikologi. Konseling merupakan psikologi terapan (terapan dari ilmu psikologi). Perbedaan dengan jurusan psikologi adalah di Psikologi lebih umum, sementara konseling lebih khusus membahas tentang ilmu konseling. Pada umumnya nama-nama yang kental dengan istilah-istilah psikologi, di BK kemudian diubah menjadi nama-nama dalam istilah BK seperti contohnya mata kuliah Psikodiagnostik menjadi Pemahaman Individu Teknik Testing.
Mata Kuliah Psikologi meliputi Psikologi/Teori-Teori Kepribadian, Psikologi Perkembangan/PerkembanganIndividu, Filsafat manusia, Psikologi Perilaku/Modifikasi Tingkah Laku / Dasar - Dasar Pemahaman Tingkah Laku, Psikologi Komunikasi/Komunikasi Antar Pribadi, Kesehatan Mental,Ilmu konseling meliputi teori-teori dan aliran konseling, praktikum pendekatan konseling, serta teknik-teknik konseling. Mata Kuliah Ilmu Konseling yaitu Teori -Teori Konseling, Bimbingan dan Konseling Kelompok, Bimbingan dan Konseling Populasi Khusus/ABK, BK Pribadi-Sosial, Bimbingan dan Konseling Karier, Bimbingan dan Konseling Belajar, Teknologi  Informasi dalam BK, Pengembangan Pribadi Konselor, Bimbingan dan Konseling Perkembangan, Profesi Bimbingan dan Konseling, Dinamika Kelompok, Media Bimbingan dan Konseling, Evaluasi dan Supervisi BK, Survey Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Konseling Lintas Budaya.
Sementara Teknik  Pemahaman individu mempelajari tentang penggunaan alat-alat yang membantu dalam proses konseling seperti penggunaan Tes Psikologis, teknik wawancara konseling, observasi, case study, dan Problem Checklist.
Mata Kuliah teknik Pemahaman Individu antara lain Statistika, Aplikasi Stastistik, Pemahaman  Individu teknik Non Testing,  Pemahaman Individu  teknik Testing. Selain itu juga terdapat mata kuliah  Praktikum Bimbingan  Konseling, di mata kuliah ini mahasiswa belajar dan latihan praktek memberikan konseling kepada klien.  Mata kuliah yang termasuk praktikum ini yaitu : Mikro Konseling, Praktikum Konseling Individual, Praktikum BK Kelompok, Praktikum  BK Pribadi-Sosial, Praktikum  BK Belajar, Praktikum PI Teknik Testing, dan Praktikum PI Non Testing serta Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Selain mata kuliah yang disebutkan diatas, setiap perguruan tinggi Bimbingan dan Konseling juga memiliki mata kuliah pilihan sesuai kekhasan perguruan tinggi masing-masing.
Mata kuliah pilihan merupakan peminatan mahasiswa dan dipilih berdasarkan minat masing-masing. Misalkan di Universitas Sebelas Maret (UNS) terdapat mata kuliah pilihan Cyber Konseling (Konseling Jarak Jauh), dan  Konseling  Traumatik ; di UHAMKA Jakarta terdapat Konseling Industri, Konseling Pemasyarakatan & Sosial Kemasyarakatan dan Konseling Kesehatan; di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terdapat mata kuliah Bimbingan  Konseling Anak,  Konseling Berbasis Gender, Konseling NAPZA, Konseling Krisis di Sekolah, dan Konseling Untuk Anak Berbakat.

II. 5 Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling.
Pertanyaan ini yang sering muncul baik dikalangan calon mahasiswa, maupun mahasiswa bimbingan dan konseling sendiri. Pada seluruh perguruan tinggi bimbingan dan konseling, gelar sarjana Bimbingan dan Konseling yaitu Sarjana Pendidikan (S.Pd.) bidang Bimbingan Konseling serta  Magister Pendidikan/S2 (M.Pd.) bidang  Bimbingan Konseling. Beberapa perguruan tinggi bimbingan konseling lebih memfokuskan mahasiswanya menjadi konselor pendidikan (konselor sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling) seperti yang terjadi di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Negeri Malang (UM).
Sehingga hampir pasti ruang lingkup bimbingan dan konseling hanya di lingkup pendidikan saja. Namun, ada pula perguruan tinggi yang juga memperlebar ruang lingkup bimbingan konseling tidak hanya di dunia pendidikan, seperti di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang juga membuka bidang konseling industri. Kendatipun gelarnya tetap Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Seorang lulusan bimbingan dan konseling setelah lulus S1 Bimbingan dan Konseling dapat menempuh Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang sampai dengan saat ini baru tersedia di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Lulusan PPK disebut dengan Konselor (Kons.). Dengan adanya sertifikat kons. dan lisensi dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), seorang konselor dapat membuka praktik konseling untuk masyarakat umum tidak hanya konseling pendidikan saja, tetapi dapat pula konseling keluarga, konseling pernikahan, konseling anak, konseling remaja, konseling karier. Sementara itu konseor juga berwenang memberikan tes psikologis (tes bakat, minat dan kecerdasan) apabilatelah memiliki sertifikat Tes Psikologi yang dapat ditempuh di Universitas Negeri Malang (UM) atau lulus pada jenjang pendidikan S2 Magister Pendidikan Bimbingan Konseling dengan konsentrasi Testing Psikologis di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
II. 6  Bidang-Bidang Konseling (Spesialisasi)


1.      Konseling Pendidikan.

Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan akademik.
Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah. Konseling pada latar pendidikan ini telah banyak dikenal di Indonesia. Di Amerika, klinik konseling juga didirikan di sekolah dan pusat-pusat pendidikan pada awal perkembangan konseling,  misalnya di Pennsylvania University pada tahun 1896.

2.      Konseling Vokasional/Karier.

Konseling vokasional dapat pula disebut dengan konseling karier atau employment counseling. Konseling ini selain berkaitan dengan usaha membantu dalam penempatan tenaga kerja juga membantu klien yang memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya dalam hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan baru. Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau departemen. Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling  vokasional untuk menempatkan para veteran Perang Dunia II pada bidang-bidang yang lebih tepat. Di masyarakat industri, konseling vokasional ini semakin dibutuhkan baik bagi industri untuk peningkatan usaha-usahanya dan bagi pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja dan prestasi kerja.

3.      Konseling Keluarga dan Perkawinan.

Konseling yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Hidup berkeluarga berarti melakukan penyesuaian baru, terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai suami istri. Dalam banyak hal, membangun keluarga tidak semudah yang dibayangkan oleh para remaja. Banyak situasi yang harus diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk perceraian.
Konseling perkawinan dan keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih baik.

4.      Konseling Agama.

Konseling agama (religion counseling) digunakan untuk membantu klien yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama, misalnya keragu-raguan akan nilai-nilaia gama, kebimbangan dalam mengikuti aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan pola pemikiran dan sebagainya. Konseling agama biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.

5.      Konseling Rehabilitas.

Konseling rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan sebagainya. Seseorang yang di penjara misalnya membutuhkan pelayanan konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien agar tidak mengalami masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga pemasyarakatan).
Sebagian orang yang di penjara mengalami perasaan yang tidak diinginkan, seperti rasa tertekan, malu kepada masyarakat atau cemas tidak diterima oleh lingkungan sosialnya nanti. Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki.
6.      Konseling Industri.

Konseling Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik. Konseling bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental yang baik berarti bahwa orang-orang merasa nyaman akan mereka sendiri, baik terhadap orang lain, dan sanggup memenuhi kebutuhan hidup. Awal muladi kenalnya konseling karyawan adalah pada tahun 1936 di Western Electronic Company, Chicago. Diyakini bahwa inilah pertama kali perusahaan menggunakan istilah
konseling personalia” bagi pelayanan pembimbingan kawan. Kepuasan kerja karyawan pasti meningkat sebagai hasil dari konseling.

II. 7  Prospek Lulusan Bimbingan dan Konseling serta Jenjang Karier.

Lulusan S1 Bimbingan dan Konseling sebagian besar terserap di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD. Selain itu kebutuhan akan dosen bimbingan dan konseling sangat besar di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pensiun, serta banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang  BK. Sementara perguruan tinggi BK membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK secara linier (S-1 dan S-2 Bidang bimbingandan konseling) untuk mendapatkan nilai akreditasi yang baik.
Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar. Misalkan di Universitas Sebelas Maret Surakarta dari 15 dosen yang ada, hanya terdapat 7 dosen yang berlatar belakang S-1 dan S-2 BK dan itupun 14 orang adalah dosen yang sudah menjelang masa pensiun (diatas usia 55 tahun), sementara hanya mempunyai 1 dosen muda. Sementara jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah.

Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti BpkProf. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK. Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi. Bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan  Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi.
Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/ karier lebih diisi oleh praktisi - praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/ pendidikan/ konseling melainkan belajar dari pengalaman.

   
BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan.
Bimbingan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin secara mandiri
Konsep bimbingan meliputi :
Tujuan yaitu, memberi layanan terhadap klien agar dapat mengembangkan masa depannya ;
Fungsi yaitu, fungsi pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian; dan prinsip.
Konsep konseling meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan lingkungan, mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.
Bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat individualisasi, bimbingan menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Pelayanan bimbingan konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK, makna dan fungsi pedidikan, guru dan faktor psikologi.
Ragam bimbingan konseling terdiri dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir, bimbingan keluarga.
Ragam layanan bimbingan terdiri dari : layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut.
Ragam pendekatan bimbingan terdiri atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif dan pendekatan perkembangan.
Ragam teknik bimbingan terdiri dari : konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan belajar bernuansa bimbingan.
Mekanisme kegiatan pengawasan di sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan personel sekolah ; pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan dari pengawas sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu, sepengetahuan kepala sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah, berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh dan danarasa, pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan.

3.2         Saran.
-          Peserta didik.
     Sebaiknya harus melatih potensi yang dimiliki agar dapat mengembangkan potensi dan diwujudkan dalam bentuk yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

-          Orang tua.
    Peran orang tua juga sangat berpengaruh karena apabila orang tua tidak terlalu posesif terhadap anaknya, maka akan mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dan ini merupakan kualitas untuk mendukung potensinya. Sedangkan apabila orang tua terlalu posesif justru akan mengurangi kesempatan anak untuk mencari pengalaman yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

-         Pendidik.
   Peran pendidik dalam bimbinagan konseling sangat diperlukan, sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik  sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidik hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasai siswa untuk belajar.

-         Masyarakat
   Masyarakat seyogyanya mendukung adanya program layanan bimbingan sehingga memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun pada kelompok masyarakat.

-          Pemerintah.
     Peran pemerintah untuk mendukung adanya layanan bimbingan konseling dengan menyediakan wadah (sarana dan prasarana), kompetisi agar anak bangsa termotivasi untuk mengikuti kegiatan program layanan bimbingan konseling.


  



Daftar Pustaka :

Rizqi Yusuf, S dan Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studio Press.
Geldard, Kathryn, David, Geldard. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurihsan, Achmad, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Refika Aditama.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


No comments:

Post a Comment