BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang.
Orang yang awam masih mempunyai
anggapan bahwa Bimbingan Konseling identitik dengan Polisi Sekolah atau
mengurusi anak nakal saja. Padahal sebenarnya bimbingan konseling adalah sahabat
siswa, pembela siswa. Anggapan ini yang kemudian muncul di benak
para orang tua, terutama orang tua yang tidak mempunyai latar
belakang pendidik (guru) bahwa profesi bimbingan konseling adalah profesi
yang tidak mempunyai masa depan. Semakin tidak popular profesi bimbingan dan
konseling dimata masyarakat disebabkan citra buruk terhadap profesi bimbingan
konseling.
Ketidakpopuleran ini juga muncul
disebabkan banyak orang yang masih menyamakan antara sekolah/lembaga
pendidikan dengan mengajar. Memang benar bahwa profesi mengajar ialah
profesi guru. Namun, yang tidak banyak diketahui masyarakat bahwa konsep
pendidikan bukan saja tentang mengajar namun membangun karakter (character
building). Selain itu komponen di dunia pendidikan (profesi-profesi didunia
pendidikan) tidak hanya profesi guru saja. Profesi
– profesi yang terdapat di dunia pendidikan yaitu pustakawan (lulusan ilmu
perpustakaan), Laborat (lulusan sains/bahasa), administrasi pendidikan (lulusan
administrasi pendidikan), teknolog pendidikan (lulusan teknologi pendidikan)
psikolog pendidikan (lulusan psikologi pendidikan) dan konselor (lulusan
bimbingan dan konseling).
I.2 Sejarah Munculnya
Bimbingan dan Konseling.
Sejarah muculnya Bimbingan dan Konselingsebagai disiplin ilmu
berkembang sejak permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 di mana
merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konseling diletakkan oleh
beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di Amerika Serikat telah mula
dirintis sejak tahun 1887, yaitu dengan dilaksanakannya “home econic program” di Missouri pertama kali, kemudian
dengan pengawasan obat secara teratur pertama kali, kemudian diikuti di Boston
tahun 1894. Pada tahun 1902 telah mulai ada perawat yang berpraktik di New
York. Sekalipun demikian, bimbingan yang secara khusus memberikan perhatian
kepada anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun 1896.
Tokoh pertama bimbingan anak-anak adalah Witner yang
mendirikan klinik di Universitas Pennsylvania, di Amerika Serikat. Klinik yang
didirikan oleh Witner pada saat itu berusaha membantu anak-anak terbelakang
yang menderita gangguan emosi.
Adapun bimbingan modern didasarkan pada
landasan-landasan teroitis baru mulai di laksanakan pada tahun 1909 oleh
Wiliam Healy, yang kemudian dikenalkan sebagai pelopor gerakan bimbingan
kanak-kanak.
Pada saat itu, Healy yang bekerja pada pengabdian kanak-kanak
dan menaruh minat besar dalam penelitian bidang ini mendirikan dan mengelola
sebuah klinik. Klinik inilah yang kemudian pertama kali dipandang sebagai
klinik moderendi Amerika Serikat. Keberhasilan Healy ini kemudian mendorong
perkembangan bimbingan konseling secara luas, diantaranya tumbuh dan berkembang
organisasi bimbingan, baik pada tingkat negara maupun tingkat nasional.
Menurut Drs. H.M Arifin, M.Ed., pada masa awal
kemunculan bimbingan dan konseling, terjadi (3) tiga gerakan yang masing-masing
mempunyai arah perkembangannya sendiri, yaitu sebagai berikut :
1.
Gerakan yang berusaha
memanfaatkan pengukuran psikologis tentang kemampuan mental anak untuk
dipergunakan sabagai dasar pengertian dalam pelaksanakan bimbingan dan
konseling.
2.
Mental hygiene
(kesehatan jiwa) adalah juga termasuk salah satu gerakan yang mempengaruhi
perkembangan bimbingan dan konseling. Dikarenakan sasaran bimbingan memang
banyak menyangkut problem yang bersumber pada kesehatan jiwa.
3.
Vocational guidance,
yaitu suatu bimbingan yang menitik beratkan bantuan kepada bimbingan dalam
jabatan atau pekerjaan sekarang dan yang akan datang menurut kemampuan
masing-masing.
I.3
Pengertian Bimbingan & Konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan
dari “guidance” dan “counseling”. Secara harfiyah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti
: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
-
Pengertian Bimbingan.
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya menurut Sunaryo Kartadinata (1998 : 3) dalam Syamsu
Yusuf (2008 : 6), mengartikan bimbingan sebagai “proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal.”
Rochman Natawidjaja (1987 :
37) dalam Syamsu Yusuf (2008 : 6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
makhluk sosial.
Sementara itu, Syamsu
Yusuf (2009 : 38) mengatakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
(process of helping) konselor kepada individu (konseli) secara
berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima
diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara
positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya)
sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal
maupun sosial”.
-
Pengertian Konseling.
Menurut Robinson (M. Surya dan Rochman N.,
1986 : 25) dalam Syamsu Yusuf (2009: 43) konseling adalah semua bentuk hubungan
antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh
dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan
kematangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha
penyembuhan (terapi).
ASCA (American
School Counselor Association) (Syamsu Yusuf, 2009 : 44) mengemukakan
bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan
sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi
masalah-masalahnya.
Sementara Syamsu Yusuf (2008: 9) mengatakan
bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu.
Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia
mampu tumbuh kearah yang yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
BAB II
Pembahasan
II. 1 Apa Itu Bimbingan dan Konseling.
Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed Guru
Besar Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Padang bahwa
konseling adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien”.
Dari pernyataan tersebut jelas
disebutkan bahwa konseling dilakukan oleh seorang ahli (profesional) dalam yang
mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus tentang prinsip-prinsipdan
teknik-teknik khusus mengenai konseling. Sehingga tidak semua orang dapat
melakukan konseling. Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling,
prinsip, teknik dan landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan
bimbingan dan konseling. Sebagai gambaran ada 4 (empat) aliran besar di dalam psikologi konseling (Psikoanalisis, Behaviorisme,
Eksistensial-Humanistik dan Transpersonal), serta menurut zamannya dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu aliran klasik, modern
dan post modern. Stephen Palmer (guru Besar University of City, US)
mencatat ada lebih dari 25 aliran konseling terutama aliran post modern di
seluruh dunia.
Ada profesi lain yang
juga berdekatan dengan profesi konselor dan sering kali tumpang tindih. Tumpang
tindih yang dimaksud ialah penggunaan istilah “konseling” pada profesi
ini, dan kewenangan melakukan konseling. Profesi ini yaitu profesi Psikolog dan
Profesi Psikiater. Profesi Psikolog ialah seorang lulusan S1& S2 Psikologi
serta telah mengikuti profesi psikolog (.Psi.). Sementara profesi Psikiater
ialah lulusan S1 Pendidikan Dokter ditambah Spesialisasi kedokteran Jiwa
(Sp.Kj). Perbedaannya bahwa Psikolog memiliki kewenangan melakukan psikoterapi
pada klien yang mengalami gangguan kejiwaan neurosis dan psikosis serta berwenang
melakukan interpretasi kepribadian (kejiwaan klien) dengan
pendekatan psikologi. Profesi psikiater memiliki kewenangan melakukan
psikoterapi pada pasien yang mengalami sakit jiwa dengan pendekatan medis
(obat-obatan). Misalkan pada kasus pasien Skizofrenia, seorang psikiater lebih
cenderung menggunakan obat-obatan (medis) seperti obat penenang untuk
penyembuhan pasien sementara psikolog menggunakan pendekatan psikoterapi (psikologis)
untuk penyembuhan klien tanpa Treatmen
obat-obatan.
Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK)
juga dikenal dengan nama Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Biasanya, di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) masih dibagi
ke dalam program studi Psikologi (murni) dan Bimbingan dan Konseling.
Sehingga di jurusan PPB, dosen-dosen psikologinya juga adalah dosen yang
mengajar di program bimbingan dan konseling. Hal ini terjadi, seperti
di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
II.2 Peran Bimbingan
dan Konseling Terhadap Masyarakat.
Hampir tidak ada orang yang
tidak pernah mengalami masalah dalam hidupnya. Dengan katalain semua orang
pasti mempunyai masalah, entah masalah itu kecil atau sangat rumit. Namun,
ada orang yang dapat dengan baik memcahkan persoalannya sendiri, tetapi
tidaksedikit pun orang yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri
sehingga memerlukan bantuan. Di media massa, hampir setiap hari kita
jumpai orang yang bunuh diri. Bunuh diri merupakan pelarian orang
yang frustasi dalam memecahkan masalahnya. Contoh lain tekanan di
pekerjaan yang membuat orang menjadi stress, persaingan dunia usaha yang begitu
keras, banyaknya jumlah pengangguran, perceraian keluarga,
pergaulan remaja yang semakin bebas, penyalahgunaan narkoba, serta seks
bebas yang semakin banyak kasusnya.
Kasus-kasus yang dialami orang-orang
tersebut sangat membutuhkan seorang ahli agar dapat keluar dari permasalahannya yang rumit. Tetapi apakah hanya
masalah negatif seperti itu saja yang menjadi peran seorang konselor ?
Ternyata tidak, seorang konselor dapat pula memberikan konsultasi pendidikan
bagi anak-anak yang hendak melanjutkan studi di SMA/perguruan tinggi atau
konsultasi karier bagi pekerja yang ingin meningkatkan jenjang kariernya.
Seorang konselor pun dapat memberikan jasa tes psikologis bagi seorang
yang ingin mengetahui minat,bakat dan kecerdasannya baik dalam
rangka pendidikan maupun karier. Konselor juga merupakan pemandu bakat
yang professional, karena konselor mengarahkan bakat yang dimiliki oleh
seseorang agar dapat berkembang menjadi lebih baik.
Di masyarakat, konselor berperan
dalam mengentaskan persoalan pengangguran melalui pemberian bimbingan pekerjaan,
menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kerja, menjadi motivator,
pendidikan bagi anak jalanan, kesadaran gender, kesehatan mental serta
memberikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga, parenting
(pengasuhan orang tua) dan kesehatan reproduksi. Dengan demikian,
seorang konselor mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat
terutama fungsi sosial.
II.3
Landasan Ilmu Bimbingan dan Konseling.
Syarat utama bagi yang
ingin melanjutkan studi di bimbingan dan konseling ialah menyukai psikologi
dan pendidikan. Terutama jika Anda termasuk siswa yang suka mendengarkan
curhat teman atau pandai memberikan solusi atas sesuatu permasalahan psikologis
yang dialami teman berarti Anda
sangat layak menjadi calon mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Bimbingan
dan Konseling di seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk kelompok Ilmu
Sosial (IPS). Kendatipun begitu tidak sedikit siswa yang berlatar belakang
IPA mengambil kuliah Bimbingan dan Konseling, sebab justru dari kelompok IPA yang dapat dengan mudah mengikuti
kuliah Bimbingan di Konseling.
Kok begitu? Yups, di Bimbingan Konseling, terdapat
mata kuliah yang juga bernuansa IPA seperti psikologi perkembangan
yang membahas tentang perkembangan individu secara fisiologis, kesehatan
mental, dan statistika. Selain itu, siswa yang berasal dari kelompok IPA
mempunyai logika matematis yang bagus, yang sangat berguna terutama dalam membantu
proses konseling (mencari solusi atas permasalahan klien), atau membuat
aplikasi-aplikasi bimbingan dan konseling yang menggunakan dasar teknologi
informasi. Meskipun kadangkala kurang memiliki kepekaan sosial dan komunikasi
sosial yang baik, seperti siswa kelompok IPS terutama
berkaitan dengan kebudayaan atau hubungan sosial.
II.4 Lalu
Apa Saja yang Dipelajari di Jurusan Bimbingan Konseling ?
Secara
umum, perguruan tinggi bimbingan konseling di Indonesia pasti mempelajari:
ilmu Pendidikan, Psikologi, Teori dan Teknik Konseling, serta
Teknik Pemahaman Individu. Ilmu
pendidikan dipelajari sebagai landasan dalam bimbingan konseling yang memang
memfokuskan diri dalam dunia pendidikan. Pada umumnya mata kuliah pendidikan diajarkan pada Tahun 1
(pertama). Mata kuliah yang termasuk kedalam ilmu pendidikan adalah Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila/Kewarganegaraan, Sosiologi Antropologi, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Perkembangan Peserta Didik, Ilmu Alamiah Dasar,
Pendidikan Jasmani, Belajar Pembelajaran, Teknologi Pendidikan,
pengembangan Sistem Pembelajaran, Landasan/ Dasar - Dasar Pendidikan, Evaluasi
Pendidikan, Profesi Kependidikan dan Pendidikan Inklusi.
Ilmu psikologi merupakan induk dari ilmu konseling,
sehingga tidak mungkin memisahkan konseling dengan psikologi.
Konseling merupakan psikologi terapan (terapan dari ilmu psikologi).
Perbedaan dengan jurusan psikologi adalah di Psikologi lebih umum,
sementara konseling lebih khusus membahas
tentang ilmu konseling. Pada umumnya nama-nama yang kental dengan
istilah-istilah psikologi, di BK kemudian diubah menjadi nama-nama dalam istilah
BK seperti contohnya mata kuliah Psikodiagnostik menjadi Pemahaman Individu
Teknik Testing.
Mata
Kuliah Psikologi meliputi Psikologi/Teori-Teori Kepribadian, Psikologi Perkembangan/PerkembanganIndividu, Filsafat
manusia, Psikologi Perilaku/Modifikasi Tingkah Laku / Dasar - Dasar
Pemahaman Tingkah Laku, Psikologi Komunikasi/Komunikasi Antar Pribadi, Kesehatan
Mental,Ilmu konseling meliputi teori-teori dan aliran konseling, praktikum
pendekatan konseling, serta teknik-teknik konseling. Mata Kuliah Ilmu Konseling
yaitu Teori -Teori Konseling, Bimbingan dan Konseling Kelompok, Bimbingan dan
Konseling Populasi Khusus/ABK, BK Pribadi-Sosial, Bimbingan dan Konseling
Karier, Bimbingan dan Konseling Belajar, Teknologi Informasi dalam BK, Pengembangan Pribadi
Konselor, Bimbingan dan Konseling Perkembangan, Profesi Bimbingan dan
Konseling, Dinamika Kelompok, Media Bimbingan dan Konseling, Evaluasi dan Supervisi
BK, Survey Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus, Bimbingan dan Konseling
Keluarga, Konseling Lintas Budaya.
Sementara
Teknik Pemahaman individu mempelajari
tentang penggunaan alat-alat yang membantu dalam proses konseling seperti
penggunaan Tes Psikologis, teknik wawancara konseling, observasi, case study, dan Problem Checklist.
Mata
Kuliah teknik Pemahaman Individu antara lain Statistika, Aplikasi Stastistik,
Pemahaman Individu teknik Non Testing, Pemahaman Individu teknik Testing. Selain itu juga terdapat
mata kuliah Praktikum Bimbingan Konseling, di mata kuliah ini mahasiswa
belajar dan latihan praktek memberikan konseling kepada klien. Mata kuliah yang termasuk praktikum ini
yaitu : Mikro Konseling, Praktikum Konseling Individual, Praktikum BK Kelompok,
Praktikum BK Pribadi-Sosial, Praktikum BK Belajar, Praktikum PI Teknik Testing,
dan Praktikum PI Non Testing serta Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Selain
mata kuliah yang disebutkan diatas, setiap perguruan tinggi Bimbingan dan
Konseling juga memiliki mata kuliah pilihan sesuai kekhasan perguruan tinggi
masing-masing.
Mata kuliah
pilihan merupakan peminatan mahasiswa dan dipilih berdasarkan
minat masing-masing. Misalkan di Universitas Sebelas Maret (UNS) terdapat
mata kuliah pilihan Cyber Konseling (Konseling Jarak Jauh), dan Konseling
Traumatik ; di UHAMKA Jakarta terdapat
Konseling Industri, Konseling Pemasyarakatan & Sosial Kemasyarakatan
dan Konseling Kesehatan; di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terdapat
mata kuliah Bimbingan Konseling
Anak, Konseling Berbasis Gender,
Konseling NAPZA, Konseling Krisis di Sekolah, dan Konseling Untuk Anak Berbakat.
II.
5 Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling.
Pertanyaan
ini yang sering muncul
baik dikalangan calon mahasiswa,
maupun mahasiswa bimbingan dan konseling sendiri. Pada seluruh perguruan tinggi
bimbingan dan konseling, gelar sarjana Bimbingan dan Konseling yaitu Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) bidang Bimbingan Konseling serta Magister Pendidikan/S2 (M.Pd.) bidang Bimbingan
Konseling. Beberapa perguruan tinggi bimbingan konseling lebih memfokuskan
mahasiswanya menjadi konselor
pendidikan (konselor sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling) seperti yang terjadi
di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Negeri Malang (UM).
Sehingga
hampir pasti ruang
lingkup bimbingan dan konseling hanya di lingkup pendidikan saja. Namun, ada pula
perguruan tinggi yang juga memperlebar ruang lingkup bimbingan konseling tidak
hanya di dunia pendidikan, seperti di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga yang juga membuka
bidang konseling industri. Kendatipun gelarnya tetap Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Seorang lulusan bimbingan dan konseling setelah lulus S1 Bimbingan dan
Konseling dapat menempuh Pendidikan Profesi
Konselor (PPK) yang sampai dengan
saat ini baru tersedia di Universitas Negeri Padang (UNP)
dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Lulusan
PPK disebut
dengan Konselor (Kons.). Dengan adanya sertifikat kons. dan
lisensi dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), seorang konselor
dapat membuka praktik konseling untuk masyarakat umum tidak hanya konseling
pendidikan saja, tetapi dapat pula konseling keluarga, konseling pernikahan,
konseling anak, konseling remaja, konseling karier. Sementara itu konseor juga
berwenang memberikan tes psikologis (tes bakat, minat dan kecerdasan)
apabilatelah memiliki sertifikat Tes Psikologi yang dapat ditempuh di
Universitas Negeri Malang (UM) atau lulus pada jenjang
pendidikan S2 Magister Pendidikan
Bimbingan Konseling dengan konsentrasi Testing Psikologis di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
II. 6 Bidang-Bidang Konseling (Spesialisasi)
1.
Konseling Pendidikan.
Pendidikan merupakan institusi pembinaan
anak didik yang memiliki latar belakang social budaya dan psikologis yang
beraneka ragam. Dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak
didik yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka
ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral,
belajar, dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat
kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut
pautnya dengan kegiatan akademik.
Penyelenggara pendidikan, khususnya
tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga
berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami
masalah. Konseling pada latar pendidikan ini telah banyak dikenal di
Indonesia. Di Amerika, klinik konseling juga didirikan di sekolah dan
pusat-pusat pendidikan pada awal perkembangan konseling, misalnya di Pennsylvania University pada
tahun 1896.
2.
Konseling Vokasional/Karier.
Konseling vokasional dapat pula disebut dengan konseling
karier atau employment counseling. Konseling ini selain
berkaitan dengan usaha membantu dalam penempatan tenaga kerja juga membantu
klien yang memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya
dalam hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan
baru. Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting dalam
rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau departemen.
Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling vokasional untuk menempatkan para veteran
Perang Dunia II pada bidang-bidang yang lebih tepat. Di masyarakat
industri, konseling vokasional ini semakin dibutuhkan baik bagi industri untuk
peningkatan usaha-usahanya dan bagi pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja
dan prestasi kerja.
3.
Konseling Keluarga dan Perkawinan.
Konseling yang berkenaan dengan
masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah,
ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Hidup
berkeluarga berarti melakukan penyesuaian baru, terutama yang berhubungan
dengan tanggung jawab sebagai suami istri. Dalam banyak hal, membangun
keluarga tidak semudah yang dibayangkan oleh para remaja. Banyak situasi
yang harus diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk perceraian.
Konseling perkawinan dan
keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang
dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi
keluarga mereka lebih dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun
keluarga secara lebih baik.
4.
Konseling Agama.
Konseling agama (religion
counseling) digunakan untuk membantu klien yang mengalami masalah-masalah
yang berhubungan dengan agama, misalnya keragu-raguan akan nilai-nilaia
gama, kebimbangan dalam mengikuti aliran-aliran keagamaan, terjadinya
konflik keyakinan keagamaan dengan pola pemikiran dan sebagainya.
Konseling agama biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor,
dan diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.
5. Konseling
Rehabilitas.
Konseling
rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang
sedang dalam proses rehabilitasi.
Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara
wajar dari keadaan sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah
bertahun-tahun mengalami perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan
hukuman, dan sebagainya. Seseorang yang di penjara misalnya
membutuhkan pelayanan konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien
agar tidak mengalami masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga
pemasyarakatan).
Sebagian
orang yang di penjara mengalami perasaan yang tidak diinginkan, seperti rasa
tertekan, malu kepada masyarakat atau cemas tidak diterima oleh lingkungan
sosialnya nanti. Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu
klien yang cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi
sehingga memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
6.
Konseling Industri.
Konseling Industri adalah pembahasan
suatu masalah dengan seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk membantu karyawan tersebut
agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik. Konseling
bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental yang
baik berarti bahwa orang-orang merasa nyaman akan mereka sendiri, baik terhadap
orang lain, dan sanggup memenuhi kebutuhan hidup. Awal muladi kenalnya
konseling karyawan adalah pada tahun 1936 di Western Electronic Company, Chicago.
Diyakini bahwa inilah pertama kali perusahaan menggunakan istilah
“konseling personalia”
bagi pelayanan pembimbingan kawan. Kepuasan kerja karyawan pasti meningkat sebagai
hasil dari konseling.
II. 7 Prospek Lulusan
Bimbingan dan Konseling serta Jenjang Karier.
Lulusan S1 Bimbingan dan Konseling sebagian besar terserap di dalam
dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA,
namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan
tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD. Selain itu kebutuhan akan dosen
bimbingan dan konseling sangat besar di perguruan-perguruan
tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan
banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pensiun, serta banyak dosen BK yang
ternyata tidak berlatar belakang BK.
Sementara perguruan tinggi BK membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK
secara linier
(S-1 dan S-2 Bidang bimbingandan
konseling) untuk mendapatkan nilai akreditasi yang baik.
Sehingga
peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar. Misalkan di
Universitas Sebelas Maret Surakarta dari 15 dosen yang ada, hanya terdapat 7 dosen yang berlatar belakang S-1 dan S-2 BK dan
itupun 14 orang adalah dosen yang sudah menjelang masa
pensiun (diatas usia 55 tahun),
sementara hanya mempunyai 1 dosen muda. Sementara
jenjang karier lulusan BK pada umunya
menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari
menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah,
Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan
Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala
sekolah atau pengawas sekolah.
Ada
pula lulusan
BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti BpkProf. Dr, Sunaryo
Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan
UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan
lulusan BK. Selain itu tidak sedikit lulusan
BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan
tinggi. Bagi yang ingin berwirausaha
dapat mendirikan Lembaga Konseling,
Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga
Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar
terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki
tingkat stress yang tinggi.
Dewasa
ini kebutuhan akan konseling
anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya
lulusan BK yang mau mengisi
peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara
konseling pendidikan/ karier lebih diisi oleh praktisi - praktisi yang bahkan
tidak punya latar belakang psikologi/ pendidikan/
konseling melainkan belajar dari pengalaman.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Bimbingan
konseling yaitu
suatu bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal
mungkin secara mandiri.
Konsep bimbingan meliputi :
Tujuan
yaitu, memberi layanan terhadap klien agar dapat mengembangkan masa depannya ;
Fungsi
yaitu, fungsi pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi
penyesuaian; dan prinsip.
Konsep
konseling meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungan, mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.
Bimbingan
konseling memiliki tujuan
untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing,
membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu
mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan
lingkungannya, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya
secara mandiri.
Bimbingan
konseling juga mempunyai prinsip diantaranya adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua
individu, bimbingan bersifat individualisasi, bimbingan menekankan hal yang
positif, bimbingan merupakan usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal
yang esensial dalam bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting
(adegan) kehidupan.
Fungsi
bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,
fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Pelayanan bimbingan konseling sangat
diperlukan dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK, makna dan fungsi
pedidikan, guru dan faktor psikologi.
Ragam bimbingan konseling terdiri
dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir, bimbingan
keluarga.
Ragam layanan bimbingan terdiri dari
: layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan
konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut.
Ragam pendekatan bimbingan terdiri
atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif dan
pendekatan perkembangan.
Ragam teknik bimbingan terdiri dari
: konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan belajar
bernuansa bimbingan.
Mekanisme kegiatan pengawasan di
sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan personel sekolah ;
pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan dari pengawas
sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu, sepengetahuan kepala
sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah, berbagai kegiatan
dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh dan danarasa,
pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan berkesinambungan dan
berkelanjutan.
3.2
Saran.
-
Peserta didik.
Sebaiknya harus melatih potensi yang
dimiliki agar dapat mengembangkan potensi dan diwujudkan dalam bentuk yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
-
Orang tua.
Peran orang tua juga sangat
berpengaruh karena apabila orang tua tidak terlalu posesif terhadap anaknya,
maka akan mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dan ini merupakan
kualitas untuk mendukung potensinya. Sedangkan apabila orang tua terlalu
posesif justru akan mengurangi kesempatan anak untuk mencari pengalaman yang
belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
- Pendidik.
Peran pendidik dalam bimbinagan
konseling sangat diperlukan, sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan
baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidik hendaknya
senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasai
siswa untuk belajar.
- Masyarakat
Masyarakat seyogyanya mendukung
adanya program layanan bimbingan sehingga memberikan keuntungan bagi diri
sendiri maupun pada kelompok masyarakat.
-
Pemerintah.
Peran pemerintah untuk mendukung
adanya layanan bimbingan konseling dengan menyediakan wadah (sarana dan
prasarana), kompetisi agar anak bangsa termotivasi untuk mengikuti kegiatan
program layanan bimbingan konseling.
Daftar Pustaka :
Rizqi
Yusuf, S dan Nurihsan, J. (2008). Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Baraja,
Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik
Konseling. Jakarta: Studio Press.
Geldard, Kathryn, David, Geldard. 2011. Konseling
Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurihsan, Achmad, Juntika. 2006. Bimbingan dan
Konseling. Bandung : PT Refika Aditama.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
No comments:
Post a Comment