ARAH PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING.
A. Hakikat
Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Stoops dan
Wahlquist (1958: 3) mengemukakan “guidance is
continuous process of helping the individual develop to the maximum of his
capacity in the direction most beneficial to him self and to society.”(Bimbingan adalah proses bantuan yang
berkesinambungan terhadap individu untuk mengembangkan kemampuan secara
maksimal sehingga banyak bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat).
Menurut Mortensen dan
Schmuller (1976: 3 ), “guidance may
be defined as that part of the total educational program that helps provide the
personal opportunities and specialized staff services by which each individual
can develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the
democratic ideal.” (Bimbingan adalah
bagian dari keseluruhan program pendidikan yang menyediakan
kesempatan-kesempatan dan pelayanan khusus dari staf agar setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan dan kapasitasnya dalam bingkai cita-cita demokrasi).
Shertzer dan
Stone (1981: 40) mengemukakan “Guidance is
the process of helping individuals to understand themselves and their world” (Bimbingan adalah proses membantu individu
untuk memahami dirinya sendiri dan dunianya).
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan oleh para pakar, dapat diidentifikasi hakikat
pelayanan bimbingan sebagai berikut:
1.Pelayanan
Bimbingan adalah Suatu Proses Berkelanjutan.
Hakekat bimbingan merupakan suatu proses berarti bimbingan itu
dilaksanakan dalam suatu jangka waktu atau melalui suatu tahap-tahap atau
langkah-langkah atau periode. Di samping waktu (periodically), hakikat
bimbingan adalah kegiatan psikologis dan pendidikan (educational and psychological)
yang menyangkut kejiwaan atau mental atau tingkah laku manusia sehingga
memerlukan jangka waktu tertentu untuk mengubahnya. Bimbingan berbeda dengan
kegiatan-kegiatan yang objeknya adalah fisik atau alamiah. Memberi obat kepada
organisme atau memberi pupuk atau mengubah benda-benda mati ke bentuk tertentu
merupakan kegiatan yang memerlukan waktu sedikit bahkan sesaat. Sebaliknya,
membuat seseorang memahami dirinya, mengarahkanya dan mewujudkan potensinya
merupakan suatu proses, memerlukan waktu yang lama dan bertahap-tahap.
Oleh karena hakikatnya sebagai suatu proses maka 1) kegiatan
bimbingan hendaknya didasarkan pada program yang terencana, 2) program itu
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan, tingkat kelas
dan menggunakan pendekatan dan metode yang sistematis, 3) konselor tidak boleh
mengharapkan perubahan tingkah laku yang instan atau cepat terjadi, 4) kegiatan
bimbingan tidak hanya sekali melainkan beberapa kali sambil dikuti perubahan
tingkah laku siswa atau konseli secara bertahap pula (follow-up).
2. Pelayanan
Bimbingan adalah Bantuan.
Hakekat kedua dari definisi bimbingan adalah bantuan. Aspek
ini merupakan aspek pokok dari definisi
bimbingan. Bantuan adalah pemberian pertolongan dengan suka rela atau tidak
memaksa orang yang dibantu menerima atau mengikutinya. Peran utama ada pada
individu sendiri yang dibantu. Sifat bantuan dalam bimbingan dibatasi pada
bantuan edukatif-psikologis, bantuan yang mendidik agar peserta didik dapat membantu dirinya sendiri bukan tetap
bergantung pada konselor. Implikasi melaksanakan bantuan itu bisa berupa:
konselor dengan sukarela membantu siswa memahami dirinya, menjelaskan cara
belajar efektif, memberi informasi kepada siswa tentang peminatan, menyadarkan
siswa tentang potensi dirinya, dan mendorong siswa mengambil keputusan yang
benar dan bijaksana.
3. Pelayanan
Bimbingan itu Bersifat Individual.
Bimbingan atau bantuan itu diberikan kepada individu. Yang
dimaksudkan dengan individu di sini adalah orang yang mempunyai
kemampuan-kemampuan dan berpotensi untuk mewujudkannya. Dengan bimbingan yang
menghargai perbedaan individual, seseorang dapat mewujudkan potensi pribadinya
secara optimal.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, misalnya, konselor
mengetahui bahwa tiap murid mempunyai inteligensi, bakat, minat, cita-cita yang
berbeda-beda. Bimbingan tidak membuat mereka sama tetapi justru semakin membuat
mereka berbeda dari yang lain atau semakin nyata keindividualannya karena
terwujud potensi dirinya masing- masing. Biarlah si Johni Panjaitan jadi
insinyur, Santi jadi dokter, Untung jadi tentara, Liong menjadi guru, Siti
menjadi ahli hukum dan sebagainya.
4. Pelayanan
Bimbingan Memiliki Tujuan.
Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan. Sebagaimana terdapat
dalam definisi-definisi, bimbingan bertujuan agar individu memahami dirinya,
memahami dunianya. Berdasarkan pemahaman diri dan lingkungannya itu maka ia
mengarahkan diri dengan tepat sehingga terwujud potensi dirinya. Pada
gilirannya, Ia menjadi bahagia dan produktif, dan sejahteralh jiwanya. Tujuan
ini merupakan tujuan akhir.
Bimbingan di sekolah lebih berupaya mencapai tujuan jangka pendek
misalnya murid mengukur kekuatan dirinya: inteligensinya, kecerdasan emosinya,
bakat dan minatnya serta prestasi belajar, latar belakang keluraga. Bertolak
dari pemahaman diri yang konkret ini, ia merencanakan studi dan karier atau
lebih operasional lagi adalah belajar dengan baik, memilih jurusan yang tepat,
memilih cita-cita karier dan sebagainya. Diasumsikan ia akan berhasil dan
merasa berbahagia dalam hidupnya.Sebagaimana pada definisi bimbingan, pada
defisini konseling pun kita menggunakan definisi dari beberapa pakar yang tidak
asing lagi bagi anda seperti berikut.
Burks dan Stefflre (1979: 14) mengemukan ”Counseling denotes a professional relationship between a trained
counselor and a client. This relationship usually person-to- person, although
it may sometimes involve more than two people. It is designed to help clients
to understand and clarify their views of their life space, and to learn to
reach their self determined goals through meaningful, well-informed choices and
through resolution of problems and emotional or interpersonal nature.“ (Konseling
adalah hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien.
Hubungan ini biasanya individual meskipun terkadang lebih dari dua orang.
Konseling didesain untuk membantu klien memahami dan menjernihkan pandangannya
terhadap ruang lingkungan, dan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkannya sendiri, melalui pemahaman yang baik, memilih informasi yang baik
dan memecahkan masalah-masalah emosional dan masalah-masalah yang bersifat
hubungan antarpribadi).
Menurut ASCA (SCIARA, 2004: 22), “Counseling is confidential relationships which the counselor conducts
with students individually and in small groups to help them resolve
their problems and developmental concerns.” (Konseling adalah hubungan yang bersifat rahasia dalam mana konselor
melakukannnya dengan siswa-siswa secara individual dan dalam kelompok-kelompok
kecil untuk membantu mereka memecahkan masalah-masalah dan kerisauan-kerisauan
dalam perkembangan mereka).
Berdasarkan definisi konseling
tersebut dan definisi lain yang tidak dikemukakan di sini, dapat disarikan
hakikat pelayanan konseling sebagai berikut :
1. Interaksi.
Interaksi berarti hubungan timbal
balik antara konselor dan konseli baik secara langsung (face to face relationship) maupun dengan cara tidak langsung dengan
menggunakan teknologi komunikasi (e-counseling).
Sebenarnya interaksi konseling yang baik adalah interaksi primer yakni kontak
langsung atau tatap muka antara konselor dan konseli sehingga ada kehangatan
psikologis (warm). Dalam kontak langsung konselor
dan konseli dapat bersalaman, senyum, mengamati mimik, mendengar nada
dan irama berbicara, lihat,
berbicara, mengangguk atau menggeleng, sedih, menangis, gembira, puas dan sebagainya. Namun, dengan
perkembangan teknologi komunikasi, dan tidak perlu terikat oleh waktu dan
tempat maka interaksi konseling dapat dilakukan secara sekunder yakni melalui e-counseling atau fasilitas internet lainnya.
2. Kegiatan professional.
Kegiatan proses konseling,
pemilihan pendekatan, dan strategis konseling didasarkan pada teori. Demikian
juga kegiatan profesional tersebut dilaksanakan oleh orang profesional
(konselor) yang telah disiapkan, dididik, dilatih dalam waktu yang relatif lama
oleh lembaga pendidikan tinggi terakreditasi. Seorang konselor harus mempunyai
alasan mengapa ia menetapkan jenis pendekatan konseling dan strategi tertentu
untuk klien tertentu pula, bukan yang lainnya. Bak membangun rumah, ia bukan
tukang atau kuli melainkan perancang bangunan, model rumah, ukuran, kualitas
bahan, komposisi beton, kesesuaian dengan iklim dan jenis tanah merupakan
tanggung jawab profesional konselor.
3. Adanya masalah.
Berbeda dengan konsep bimbingan,
salah satu ciri konseling adalah adanya masalah. Klien yang datang pada
konselor biasanya mempunyai masalah tertentu. Namun masalah tersebut masih
tergolong normal: masalah belajar, penyesuaian diri, pemilihan jurusan, rencana
karier sehingga dapat dipecahkan konselor dan klien sendiri atau salah satu
dari mereka, sedangkan masalah berat: psikosis, psikoneurosis, kriminal, dan
sebagainya bukan otoritas konselor. Konselor berkewajiban menyerahkan klien itu
pada lembaga atau pihak yang berkompeten.
4. Adanya penggunaan metode atau
teknik.
Konseling diadakan dengan
menggunakan metode atau pendekatan tertentu. Konselor barangkali menggunakan
pendekatan psikoanalisis, behavioral, analisis transaksional, terapi rasional
emotive dan pendekatan-pendekatan lain. Setiap pendekatan biasanya mempunyai
teknik–teknik khusus. Mislanya pendekatan psikoanalisis mempunyai teknik
analisis mimpi, asosiasi bebas, interprestasi baik terhadap resistensi maupun
transferensi. Namun dewasa ini, pendekatan konseling yang digunakan cenderung
integratif.
Dalam konseling, konselor
melakukan wawancara konseling bersama konseli.
Aspek-aspek dalam wancara konseling adalah
sebagai berikut :
a. Wawancara merupakan teknik utama dalam konseling, melalui
wawancara konselor dan klien bisa berdialog, melalui wawancara pula, konselor
dapat mengetahui kerisauan-kerisauan klien, harapan-harapan klien,
langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya, dan hasil yang telah dicapai.
Teknik-teknik lain, tentu saja, dapat
disatukan dengan wawancara seperti observasi, pemahaman dansebagainya.
b. Tujuan. Berbeda dengan percakapan biasa, konseling selalu
mempunyai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling biasanya : a)
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, b) mengarahkan dirinya
sesuai dengan potensi dirinya, c) mampu memecahkan masalahnya sendiri, d)
terhindar dari kecemasan dan salah suai
e) memiliki wawasan yang lebih realistis, f)
mencapai taraf aktualisasi diri, g) memperoleh kebahagiaan dalam hidup.
c. Pengambilan keputusan ada pada tangan
klien. Pada umumnya dianut bahwa keputusan dalam konseling ada di tangan klien. Namun
demikian, kadang-kadang keputusan itu merupakan hasil keputusan bersama klien
dan konselor. Bahkan klien yang tak mampu memecahkan masalah dan terlalu
bergantung, konselor dapat mengambil keputusan. Namun dalam hal ini konselor
hendaknya mempunyai tanggung jawab profesional terhadap keputusan itu.
B. Dasar-dasar Pelayanan
Bimbingan dan konseling.
Dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling
terdiri atas landasan dan prinsip- prinsip sebagai berikut.
1.
Landasan
Bimbingan dan Konseling.
2.
Landasan filosofis.
Landasan
filosofis yakni pemikiran yang mendalam tentang hakikat manusia dan hubungannya
dengan kebutuhan akan bimbingan dan konseling. Para filsuf merumuskan bahwa
manusia adalah makhluk berpikir sehingga ia dapat memecahkan masalah dan
membuat kebudayaan. Karena itu manusia adalah makhluk educandum, dapat dididik dibandingkan dengan binatang yang
hanya dapat didril atau dilatih. Atas dasar makhluk educandum maka manusia
dapat dibimbing, jika tidak percuma saja semua pendekatan dan teknik-teknik
bimbingan dan konseling.
3. Landasan Religius.
Menurut
Prayitno (1994), ada 3 hal pokok dalam landasan religius yakni:
1. Manusia sebagai makhluk Tuhan, yakni derajat
manusia lebih tinggi dari makhluk Lain dan peranannya sebagai
kalifah dimuk bumi khususnya memimpin
dirinya sendiri;
2.Sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan
menjadi tumpuan bagi keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Oleh karena itu
kaidah-kaidah agama harus diresapi dan diamalkan sehingga ia berfungsi
sebagai pembimbing perilaku
akhlak manusia.
3.Peranan agama. Dalam hal ini bimbingan konseling
memanfaatkan unsur-unsur agama dalam konseling.
4. Landasan Psikologis.
Landasan
psikologis sesungguhnya adalah teori-teori tentang tingkah laku manusia dan
hubungan dengan bimbingan dan konseling. Sebagaiana diketahui bahwa psikologi
telah menghasilkan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan manusia, hukum-
hukum atau prinsip belajar, teori-teori kepribadian dan perubahannya, teori
behavioral dan kognitif yang semuanya dapat dijadikan landasan atau titik tolak
bagi konselor untuk melaksanakan bimbingan dan konseling. Banyak teori
psikologi telah dijadikan sebagai pendekatan konseling dan banyak teori
behavioral dijadikan sebagai metode pengubahan tingkah laku. Bimbingan efikasi
diri, bimbingan percaya diri, bimbingan aktualisasi diri, bimbingan self-control
semuanya berlandaskan psikologis.
5. Landasan
Sosial Budaya.
Landasan
sosial budaya mengajarkan bahwa individu sebagai produk lingkungan sosial
budaya, produk sebuah kelompok atau singkatnya adalah hasil dari proses
sosialisasi (socialization) dan pembudayaan
(enculturation). Dalil-dalil
inilah yang dijadikan bimbingan dan
konseling untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis tingkah laku bermasalah
sebagai hasil belajar dari orang lain (belajar terwakili), membentuk tingkah laku sosial, membimbing
penyesuaian diri, dan pemahaman akan keberagaman tingkah antarindividu maupun
antar kelompok, antar kelas sosial, antar etnik.
6. Landasan
ilmu dan teknologi.
Ilmu pengetahuan mengajarkan cara
kerja ilmiah yang pada intinya adalah penggabungan rasionalisme dan empirisme.
Gabungan itu telah menghasilkan cara kerja penelitian yang biasanya diawali
dari latar belakang, rumusan masalah, hipothesis, pengumpulan data, analisis
data, hasil dan kesimpulan. Bimbingan dan konseling memanfaatkan cara kerja
ilmiah tersebut baik dalam membangun ilmunya maupun dalam membimbing. Bimbingan
menggunakan pendekatan atau metode yang sistematis, mengumpulkan data, memahami
subjek dengan faktor-faktornya, memilih metode yang tepat, dan menilai
hasilnya.
No comments:
Post a Comment