Sunday, April 21, 2019

Gaya Kepemimpinan Presiden Turki




KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala, atas limpahan rahmat-Nya sehingga makalah Gaya Kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan di Negara Turki Usmani ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan. Makalah ini menyajikan materi mengenai bagaimana Recep Tayyip Erdogan sebagai salah satu tokoh pemimpin yang mengubah kehidupan rakyat Turki yang diharapkan nantinya dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada penyusun dan pembaca

Akhirnya, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kepemimpinan dan berbagai sumber yang penyusun jadikan referensi pembuatan makalah ini. Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan tetapi penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penyusun. 


I.     RECEP TAYYIP ERDOGAN.
Recep Tayyip Erdogan lahir di Istanbul, Turki 26 Februari 1954, tetapi dibesarkan di Rize pesisir Laut Hitam dan kembali ke Istanbul pada usia sekitar 13 tahun dalam sebuah keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang pelaut yang bertugas sebagai penjaga pantai di Angkatan Laut dan berasal dari Rize. Ia memiliki istri bernama Emine Gülbaran dan memiliki anak berjumlah 4 orang.




Ia belajar di sekolah agama, Sekolah Imam Hatip dan melanjutkan ke Universitas Marmara untuk belajar ekonomi dan bisnis. Hobi Erdogan sendiri adalah bermain bola bahkan ia sempat menjadi seorang pemain sepakbola semi profesional ketika umurnya 16 tahun namun berhenti dan lebih memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan Angkutan di Istambul dan juga sempat menjalani wajib militer.

Ia terjun ke dalam politik bersama Partai Keselamatan Nasional (Milli Selâmet Partisi) yang Islamis, di bawah pimpinan Necmettin Erbakan dan kini telah dibubarkan. Setelah kudeta militer pada 12 September 1980, ia meninggalkan sepak bola dan bekerja di sektor swasta, dan pada 1982 menjalani wajib militer sebagai seorang perwira dengan tugas khusus.
Setelah kudeta 1980, semua partai politik dibubarkan, tetapi para bekas anggota Partai Keselamatan Nasional kemudian mendirikan Partai Kesejahteraan (Refah Partisi) setelah demokrasi dipulihkan pada 1983. Pada 1985 Erdogan menjadi ketua Partai Kesejahteraan di Provinsi Istanbul dan ikut serta dalam pemilihan wali kota untuk wilayah kosmopolitan Beyoğlu di Istanbul tengah dan sebagai calon untuk Majelis Agung Nasional Turki beberapa kali pada akhir 1980-an.

Pada tahun 1991, Partai Kesejahteraan melampaui ambang 10% yang dibutuhkan untuk memperoleh kursi untuk pertama kalinya di Majelis Agung Nasional, dan Erdogan terpilih sebagai anggota parlemen dari Provinsi Istanbul, meskipun kursi ini kemudian dicabut oleh Komisi Pemilihan Pusat karena adanya sistem pemilihan yang berlaku saat itu. Namun, dalam pemilu lokal pada 27 Maret 1994, Partai Kesejahteraan menjadi partai terbesar di Turki untuk pertama kalinya, dan Erdogan menjadi wali kota Istanbul Raya serta Presiden dari Dewan Metropolitan Istanbul Raya.

II.  GAYA KEPEMIMPINAN RECEP TAYYIP ERDOGAN.

A.  Gaya Kepemimpinan Independen Aktif.
Recep Tayyip Erdogan adalah presiden Turki yang ke 12. Erdogan terpilih menjadi presiden setelah mendapatkan suara setengah lebih dari jumlah pemilih, mengalahkan dua pesaingnya Ekmeleddin Ihsanoglu yang merupakan Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam sejak 2005 dan Selahattin Demirtas yang merupakan politisi etnis Kurdi di Turki.
Recep Tayyip Erdogan merupakan presiden pertama yang menduduki kursi kepresidenan melalui pemilihan umum pada tanggal 10 Agustus 2014. Pemilihan umum ini pertama kali dilakukan dalam kurun waktu 91 tahun dimana sebelumnya presiden di Turki dipilih melalui parlemen.



Sebelum menjadi presiden, Recep Tayyip Erdogan memulai karir politiknya dengan  menjabat Walikota Istanbul. Ia terpilih dalam pemilu lokal pada 27 Maret 1994. Namun pada tanggal 12 Desember 1997 ia dipenjara karena puisinya yang bermasalah. Setelah empat bulan dipenjara, Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan pada tanggal 14 Agustus 2001. Dari tahun pertama, Partai AK menjadi gerakan politik terbesar yang di dukung publik di Turki. Pada pemilihan umum tahun 2002, Partai AK memenangkan dua pertiga kursi parlemen, membentuk pemerintahan partai tunggal setelah 11 tahun. Kemudian pada tanggal 14 Maret 2003, Erdogan menduduki kursi Perdana Menteri Turki hingga 28 Agustus 2014.

Sejak awal memimpin Erdogan sudah menyiapkan masyarakatnya untuk memiliki jiwa merdeka dan menyakini bahwa kepentingan Turki ditentukan oleh masyarakat Turki sendiri. Salah satunya dibuktikan dengan keanggotaan Turki di Uni Eropa. Pada tahun 1963, sebelum masuk menjadi anggota Uni Eropa, Turki berusaha untuk mendaftar sebagai Anggota Masyarakat Ekonomi Eropa.  Namun, negosiasi secara penuh baru berjalan pada tahun 2005. Sulitnya Turki untuk masuk sebagai anggota Uni Eropa dikarenakan masalah Siprus dan lambatnya reformasi di Turki. Setelah menunda pembicaraan, pada tahun 2015 Merkel, yang akan memimpin beberapa negara anggota Uni Eropa, menyambut keanggotaan penuh Turki.
Hal ini disebabkan membanjirnya pengungsi Suriah di negara-negara Uni Eropa. Bisa jadi ini sudah terlambat, disaat Turki sudah menjadi negara yang kuat, Uni Eropa baru membuka pintunya.  Hal ini lah yang membuat prospek ini ditanggapi dingin oleh Turki. Erdogan sudah memberikan isyarat yang jelas bahwa Turki sekarang menjadi negara kuat dan tidak lagi menjadi pengemis di depan “pintu” Uni Eropa.  Kehidupan rakyat Turki, tanpa Eropa sudah sejajar dengan mereka.

Tidak hanya berupaya memandirikan negara yang dipimpinnya, Erdogan juga menjadikan kondisi kemanusiaan di negara lain masuk dalam agenda kepentingan nasionalnya dan bahkan menjadi faktor utama dalam pemulihan hubungan atas bekas sekutu tradisionalnya. Hal ini dapat dilihat dari hubungan diplomatik yang tidak kunjung memulih antara Turki dan Isreael selepas insiden Mavi Marmara. Sekalipun, Israel telah memenuhi dua dari tiga persyaratan yang diminta. Israel meminta maaf kepada Turki dan bersedia membayar kompensasi kepada korban kebrutalan Israel. Namun, Israel masih tidak bersedia membuka blokadenya atas Gaza.
Erdogan menghadirkan kembali teori International Relation yang pada dasarnya diidamkan seluruh masyarakat dunia. Bukan kepada barat ataupun timur kita berpaling, namun kepada nilai-nilai yang diyakini dan kesederajatan hubungan kedua belah pihak.

Erdogan menanamkan keyakinan bahwa hubungan antar negara seharusnya dibangun atas dua prasyarat utama. Pertama, komitmen atas nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, kesederajatan dalam hubungan dan sikap saling menghormati antar kedua belah pihak, tanpa tekanan dan unsur eksploitatif. Erdogan telah memulainya dan dukungan atas nilai-nilai inilah yang menjamin kelanggengan perdamaian dunia.

Berdasarkan teori Herman, Preston, dan Young (1996) dalam psikologi politik gaya kepemimpinan Erdogan termasuk Independen aktif dimana fokus perhatian pada memelihara kemampuan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan pemerintahan, di dunia yang dipersepsikan terus menerus – menerus mencoba membatasi keduanya. Ketika Turki menjadi negeri berpenduduk muslim di Eropa dan “dibatasi” ketika berusaha menjadi anggota Uni Eropa. Turki menentang batas-batas tersebut dan memilih untuk fokus pada perbaikan dalam negeri seperti pendidikan, transportasi udara serta ekonomi yang menjadikan Turki tampil sebagai negara yang kuat, penting dan sejajar dengan negara-negara Eropa lainnya.

B. Gaya Kepemimpinan Suportif (Supportive Leadership).
Salah satu kebiasaan Erdogan sejak menjadi Wali Kota Istanbul Raya hingga menjadi Perdana Menteri pada Mei 2003 adalah menjaga untuk selalu berbuka puasa selama bulan Ramadhan bersama keluarga fakir miskin dengan ditemani istri tercintanya, Emine. Dia juga berbagi makanan bersama orang miskin dan terlihat akrab dengan mereka.



Erdogan sangat dekat dengan orang di sekitarnya. Mungkin inilah salah satu rahasia mengapa rakyat mencintainya. Sudah lama Turki tidak memiliki seorang yang duduk dalam pemerintahan, yang dicintai oleh rakyatnya. Erdogan juga  memiliki watak yang antusias dan lembut. Supel dalam bergaul merupakan unsur terpenting dalam diri Erdogan. Meski tak dapat dipungkiri bahwa tubuhnya yang ideal, tinggi dan memiliki suara yang keras, memberikan andil yang besar ketertarikan orang kepadanya. Dia tidak hanya handal berbicara tetapi juga seorang pendengar yang baik.

Erdogan sangat menghormati orang yang lebih tua dan orang-orang tertentu. Dia tidak ragu-ragu mencium tangan orang-orang mulia. Erdogan menjadi orang pertama yang memberikan kepercayaan kepada orang cacat saat pemerintah mengabaikan mereka di berbagai bidang. Lukman Ayo, seorang tuna netra pertama yang duduk di parlemen sepanjang sejarah Turki.
Erdogan seorang pemberani. Erdogan berani menolak konspirasi proyek yang terjadi di kotanya dan memberikan kesempatan proyek tersebut kepada orang lain tanpa takut terhadap media. Dia juga tidak ragu-ragu mengeksekusi villa milik mantan Presiden Thurgut Ozal yang tidak sesuai UU.

Erdogan menegakkan dasar-dasar hukum, keadilan dan persamaan. Ini terlihat saat dia memutuskan pelaksanaan hukuman terhadap keponakannya sendiri yang terlibat perdagangan narkoba di Istanbul pada Februari 2010 lalu.Uniknya, di tengah kesibukannya, Erdogan tidak pernah ketinggalan ikut bertakziyah bagi orang Turki yang keluarganya meninggal dunia, ia bahkan hadir dalam pemakaman. Dia juga selalu menghadiri undangan dari organisasi-organisasi pemuda untuk bergabung dalam permainan sepak bola.

Dari kalimat-kalimat diatas kita dapat melihat bahwa Erdogan merupakan presiden yang menggunakan gaya kepemimpinan suportif (supportive leadership) yang merupakan salah satu gaya yang dikemukakan oleh House (1997) diantara 4 gaya kepemimpinanan. Gaya kepemimpinan suportif menunjukkan adanya pimpinan yang menekankan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya, dalam artian masyarakat Turki itu sendiri.

C. Gaya Kepemimpinan Pelayan.
Spears (1995) dalam Harbani (2013:65) mengatakan ada perbedaan yang utama antara model kepemimpinan pelayanan dengan model kepemimpinan yang lainnya adalah keinginan untuk melayani ada sebelum adanaya keinginan untuk memimpin. Mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan adakan menjadi pemimpin sebab, itulah cara yang paling efektif untuk melayani. Hal ini menjadi sebagai bagian dari pemenuhan visi hidup seseorang, yaitu bagaimana memberikan sesuatu yang lebih baik. Pemimpin seperti ini yang akan diminta oleh pengikutnya untuk menjadi pemimpin.



Erdogan adalah tipe pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan pelayan dimana saat menjabat Wali Kota, Erdogan sukses menanamkan sosoknya sebagai penolong bagi orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Dia menjadi terkenal karena ia seorang administratur yang efektif dan populis,  Ia memberikan beragam bantuan kepada warganya. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai orang yang taat beragama dan menjalankan salat tepat pada waktunya. Dalam pidato dan ceramahnya, ia selalu menyertakan dalil dari Alquran dan hadits. Erdogan juga masih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana di Qasim Basya. Ia menolak pindah ke tempat lain yang layak bagi seorang Wali Kota di Istanbul. Erdogan secara gemilang sukses memimpin kota Istanbul. Ia mengeluarkan Istanbul dari hutang milyaran dolar menjadi keuntungan dan investasi 12 milyar dan pertumbuhan tujuh persen. Semua ini dicapai Erdogan berkat kecerdasan, sentuhan tangan dinginnya dan kedekatannya dengan masyarakat, terlebih kaum buruh, karena Erdogan telah menaikkan upah buruh, serta memberikan perlindungan dalam bidang kesehatan dan sosial.

Persoalan terbesar yang pernah menimpa kota Istanbul mampu diselesaikan Erdogan, di antaranya persoalan air bersih yang dialirkan ke rumah-rumah, di mana jutaan penduduk tidak memperolehnya selama bertahun-tahun. Sejak 1996, air bersih memancar di rumah-rumah warga yang sudah lama mendambakan adanya mengalirnya air.

Selain itu Erdogan juga sukses mengentaskan kemiskinan, meresmikan situs untuk melayani masyarakat untuk pertama kalinya, membangun prasarana dan jalur-jalur transportasi Istanbul dan pada saat yang sama memperindah kota itu dengan memperlihatkan taman-taman umum, melestarikan lingkungan kota di kota yang ditinggali kurang lebih seperlima penduduk Turki. Memerangi praktik prostitusi liar dengan memberikan pekerjaan lebih terhormat kepada wanita muda, dan melarang menyuguhkan minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol Walikota Istanbul.. Ia juga meningkatkan sumbangsihnya terhadap masyarakat yang memujinya dengan apa yang menjadi kecenderungan hatinya.

D. Gaya Kepemimpinan Transforming.
Gaya kepemimpinan transforming menurut Anderson (1998) ialah visi perencanaan, komunikasi, dan tindakan kreatif yang berdampak positif pada sekelompok orang dalam sebuah susunan nilai dan keyakinan yang jelas, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan jelas dan dapat diukur.




Pendekatan transforming ini akan berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan personal dan kinerja usaha dari semua pihak yang terkait. Pemimpin transforming juga mentrasformasikan diri dan sifat alamiah kepemimpinannya dalam suatu proses belajar memimpin yang berkesinambungan sehingga dapat memimpin dengan lebih baik lagi.Dengan demikian, segala hal dipengaruhi oleh transformasi. Transforming membentuk pemimpin sebagai agen aktif perubahan yang positif, yang antara lain mampu mengubah hubungan organisasi, organisasi kelompok, pribadi- pribadi. Semua proses terbit akan mematangkan karakter kepemimpinannya dalam organisasi dan mengembangkan pemahaman seorang pemimpin. (Harbani, 2013: 60).

Berdasarkan teori diatas, kita dapat melihat bahwa Erdogan merupakan salah satu pemimpin yang dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan transformasi. Hal tersebut dibuktikan dengan berhasilnya Erdogan membuat Produk Domestik Nasional Turki mencapai 100 Milyar Dollar di tahun 2013 menyamai pendapatan gabungan 3 negara dengan ekonomi terkuat di Timur Tengah; Arab Saudi, Uni Emirat arab, Iran, dan ditambah dengan Yordan, Suriah dan Libanon setahun sebelum masa jabatannya sebagai perdana menteri habis.

Kemudian ia juga membuat Turki berhasil masuk dalam anggota G-20 yaitu negara-negara dengan ekonomi terkuat di dunia, Turki berhasil merangsek masuk ke urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terkuat padahal sebelumnya berada di peringkat 111 dunia dengan rata-rata peningkatan 10 % pertahun.
Di bidang transportasi, Erdogan membuat Airport Internasional Istambul yang merupakan bandara terbesar di Eropa yang menampung 1260 pesawat setiap harinya, ditambah Bandara Shabiha yang menampun 630 pesawat setiap hari. Prestasi lainnya adalah Turkish Airline meraih peringkat maskapai penerbangan terbaik di dunia dalam 3 tahun berturut-turut.

Dibidang militer atau pertahanan negara, Erdogan membuat Turki berhasil memproduksi sendiri peralatan pertahanan atau militer seperti tank, pesawat serta satelit militer sendiri. Pendapatan Perkapita Turki pun berhasil naik dari 3500 dolar pertahun menjadi sebesar 11.000 ditahun 2013.

Bahkan Erdogan berhasil membuat nilai tukar mata uang Turki naik beberapa kali lipat dimasa pemerintahannya. Dimasa pemerintahan Erdogan juga, pengangguran berhasil ditekan hingga 2 persen saja dari 35% yang diimbangi dengan kenaikan gaji hampir 300 persen untuk upah pegawai. Utang Negara Turki sendiri terhadap IMF berhasil diselesaikan dan cadangan devisa juga ditinkatkan hingga 100 Milyar Dollar.

Disektor pendidikan sendiri, Erdogan membuat kebijakan dengan menggratiskan biaya pendidikan dimana semua biaya kuliah untuk Rakyat Turki di tanggung oleh pemerintah dan meningkatkan biaya riset atau penelitian ilmiah dengan membiayai 300 ribu ilmuwan demi tujuan menjadi negara nomor satu pada tahun 2023.Dalam 10 tahun pemerintahannya Erdogan telah mendirikan 125 universitas baru, 189 sekolah baru, 510 rumah sakit baru dan 169.000 kelas baru yang modern, sehingga rasio siswa perkelas tidak lebih dari 21 orang.Ketika krisis ekonomi menimpa Eropa dan Amerika, universitas-universitas Eropa dan Amerika menaikkan uang kuliah. Sedangkan Erdogan membebaskan seluruh biaya kuliah.

Selain itu Erdogan juga mengembalikan kebiasaan lama yaitu pengajaran Al Quran dan Hadits di sekolah-sekolah negeri di Turki yang sudah lama dihilangkan, dan kebebasan berhijab di kampus-kampus di Turki. Kemajuan pesat negara Turki dibawah kepemimpinan Erdogan sebagai perdana Menteri membuat Turki kini disegani sebagai salah satu negara terkuat di Eropa.

Di sektor lingkungan, pemerintah Erdogan mengawali pengolahan sampah menjadi pembangkit tenaga listrik, yang digunakan oleh sepertiga penduduk Turki. Dan energi listrik sudah dinikmati 98% penduduk Turki. Erdogan juga pemimpin muslim yang membuat lampu di jembatan gantung terbesar di dunia di pantai laut hitam dengan penerangan yang sangat besar bertuliskan “Bismillahirrahmanirrahim.."

E. Gaya Kepemimpinan Situasional.
Hersey dan Blanchard( 1996:180) dalam Harbani (2013: 47), mengatakan bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana yang harus diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau sekelompok orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi oleh pemimpin. Stoner dkk (1996: 171) menyatakan bahwa teori kepemimpinan situasional (situasional leadership) adalah pendekatan kepemimpinan yang oleh Hersey Blanchard yang menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman, kemampuan dan  kemauan dari bawahan mereka terus berubah.

Dari pendapat Hersey dan Blanchard serta beberapa gaya yang digunakan Recep Tayyip Erdogan dalam memimpin sebagai walikota maupun gubernur maka akan terlihat bahwa Recep Tayyip Erdogan juga menggunakan gaya kepemimpinan situasional dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Recep Tayyip Erdogan tidak dapat menjalankan kepemimpinannya dengan hanya menggunakan satu model gaya kepemimpinan karena Recep Tayyip Erdogan harus menyesuaikan kebutuhan dan langkah-langkah yang harus diambilnya semasa menjabat sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Cribbin (1985: 108) dalam Harbani (2013: 49) bahwa seorang pemimpin yang baik akan menyesuaikan dengan perilakunya dengan tuntutan keadaan. Perilaku pemimpin harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan keadaan.












No comments:

Post a Comment